Selamat hari Ibu

Setelah pernah menceritakan soal bapakku, aku ingin menceritakan soal ibuku. Berhubung sudah dekat pulak Hari Ibu, 22 Desember nanti.

Seperti yang pernah aku katakan di tulisanku terdahulu, bahwa ibuku adalah seorang wanita yang sangat perkasa. Mencari uang, mengurus keluarga, bisa dia lakukan dengan sangat baik dan excellent. Sangat tangguh. Sering sekali dalam doaku, aku minta pada Tuhan,supaya aku diberi kesempatan untuk mewarisi sedikit saja sifat dan keperkasaan ibuku. Seorang wanita dan ibu, yang tangguh dan perkasa, tapi tidak kehilangan kelembutannya sebagai wanita khususnya ibu.Apalagi dalam menghadapi anak-anak dan suaminya, dia jagonya. Apalagi aku, kata mamakku dari dulu, aku paling banyak akalnya. Termasuk menghabiskan jatah susu kaleng kami, aku yang paling cepat. Aku pulak yang paling sering sakit.Bah!

Dia ini terlahir sebagai putri dari orang kaya dan terpandang,tapi itu semua bisa dia tanggalkan dan dia sesuaikan dengan keadaan bapakku yang berasal dari keluarga sederhana, dan tidak ada kesombongan dalam dirinya sedikitpun, tidak ada keterpaksaan.Dia menjalani semuanya dengan senang hati. Dan tidak ada kepura-puraan,karena semua itu berjalan dengan baik sampai sekarang, terlalu baik malah.

Aku selalu bersyukur dilahirkan dari rahimnya. Itu aku syukuri setiap hari, tapi hari yang makin membuat aku bersyukur,adalah setiap hari Kamis. Setiap hari Kamis subuh, ibuku bangun memakai baju seragamnya (satu pasang baju celana,panjang yang sudah lain baunya), mulai menyetir mobil talak-talak kami (pick-up), menuju ke rumah pemotongan hewan yang ada di Siahaan balige (deket rumah bang Jarar nih).

Disana, sudah menunggu seekor kerbau yang diikatkan ke tiang dalam rumah pemotongan hewan itu untuk disembelih,dijual dan selanjutnya uangnya itu nantinya akan dipergunakan untuk menyicil pembayaran kerbau yang masih belum lunas, beli beras dan keperluan rumah tangga dan uang sekolah kami. Bisa terbayangkan,betapa pintarnya mamakku mengatur semuanya itu. Karena itu, aku katakan semuanya berjalan dengan baik,sangat baik.

Kerbau itu disembelih oleh seorang Muslim di Balige yg bernama Usman. Mamakku,tak pernah menyaksikan proses penyembelihan kerbau itu. Dia selalu membalikkan badannya, supaya tidak menyaksikan proses ”mengerikan” itu. Setelah dipanggil oleh pekerja disitu, baru lah mamakku mendekat dan mulai menggenggam sebilah pisau tajam, untuk mulai membedah bagian-bagian badan kerbau itu. Karena untuk membedahnya, tidak bisa sembarangan. Salah-salah nanti bukannya jadi untuk dijual,malah terbuang. Dan mamakku sudah sangat ahli melakukannya. Sehabis dia membedah itu semua, bak mobil pick up kami sudah dialasi dengan plastik bersih, untuk kemudian daging itu ditaruh disana, dan diangkut ke kios untuk dijual. Sebelum sampai ke kios,melewati rumah kami dulu. Mamakku akan singgah dulu di rumah, membereskan segala keperluan kami. Menyiapkan keperluan sekolah,membuat sarapan paling tidak teh manis untuk bapakku. Padahal dia pasti udah sangat capek dari kerjanya. Itulah hebatnya mamakku itu.

Setelah kami semua berangkat dan bapakku sudah selesai sarapan, mamakku ku pun menuju kios kecil kami itu, untuk berjualan.

Disana, sudah banyak orang menunggu dia dengan sabar. Dengan sabar mereka menunggu giliran masing-masing untuk diberikan pesanan masing-masing. Tentu saja,mereka selalu mendapatkan lebih dari yg mereka minta,ditambah dengan senyum tulus dan keramahan khas mamakku. Mungkin inilah salah satu alasan kenapa orang-orang selalu lebih memilih membeli dagng kerbau di kios kecil mamakku. Di tengah persaingan penjual daging kerbau yang marak di Balige sana.

Bapak sama mamak, jadi mitra yang baik dalam hal berdagang. Bapakku, sangat ahli dalam menaksir timbangan badan kerbau, antara lemak dan daginnya, sehingga meminimalisasi kerugian. Keahlian ini, dia warisi dari mertuanya (ompung doli ku, Simanjuntak yang terkenal itu).

Karena profesi kedua orang tua ku ini, aku dulu sangat sering diledekin teman-teman SMP dan SMA ku. Aku suka dipanggil, Desy Horbo.Bah! Jolmado iba,boasa gabe horbo! (aku manusia kog dipanggil kerbau?). Saking palak nya,sering kali yang ngomong itu aku tonjok atau aku jambak rambutnya. Karena aku kesal mendengarnya. Tapi,sekarang, aku tak mau malu. Malah kalau temen ku lupa, aku suka mengingatkan,si Desy Hutabarat,parhorbo. Pasti langsung diingat. Dan karena horbo itulah aku bisa sekolah dengan baik dan layak.

Mamakku ini,sangat pintar dalam hal memilih pakaian. Banyak sekali baju kuliah dan baju ku untuk jalan-jalan atau bahkan kerja, yang dia beli dari burjer (second hand). Sejak kecil kami sudah dibiasakan memakai itu, dan kami tidak malu. Apalagi untuk aku yang berukuran besar dari biasanya, kalau harus beli baru, bah mahal kali. Solusinya, pake burjer. Dan pantes-pantes aja tuh.

Mauliate da mak, mamak sudah mengajarkan hidup dan kebenaran, kesederhanaan sama kami anak-anakmu. Panjang umur kau sama bapak ya mak.Biar sempat kukabulkan mimpimu ke Jerusalem

Selamat Hari ibu…

Tinggalkan komentar