Toba Dream Coffee Morning-1

Komjen.Purn.Drs.Togar Sianipar, WAKASAD.Letjen. Cornel Simbolon, Trimedya Panjaitan,SH. Adalah tiga orang yang didaulat untuk menjadi pembicara di 1st Toba Dream Coffee Morning (TDCM), yang diselenggarakan Sabtu, 2 Februari 2008 kemarin, bertempat di Toba Dream Family Café, di Jl.Sahardjo No. 90, Manggarai, Jakarta Selatan. Untuk acara yang pertama ini, moderatornya adalah Jansen H Sinamo (dari Majalah Tatap). Tema yang diusung di TDCM yang pertama ini adalah, “Kiat Sukses Menuju Puncak Karier”.

Banyak dipengaruhi oleh keadaan Jakarta yang terendam banjir sehari sebelumnya, maka jumlah audience yang datang, tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Khususnya untuk angkatan muda nya, sangat sedikit yang datang, apakah karena faktornya, acara itu kepagian, jadi menyebabkan orang2 malas datang, karena harus bangun pagi di hari libur? Mudah-mudahan tidak. Atau alasan yang terparah adalah, tidak suka dengan acara seperti ini, karena mereka acara seperti ini hanya mengajak otak untuk berfikir. Karena memang fenomena untuk malas berfikir sudah mulai merasuk dalam kehidupan orang muda saat ini. Seperti beberapa fakta yang dipaparkan oleh seorang Togar Sianipar, jendral bintang tiga ini menuturkan, fenomena sifat mental yang menerabas dan nasionalisme yang kurang di kalangan generasi muda saat ini. Membuat mereka tidak punya semangat juang yang tinggi, gampang menyerah dan gampang putus asa. Tapi apapun itu, generasi muda adalah pemilik masa depan, yang harus selalu dimotivasi untuk semakin baik dan semakin bisa melakukan gebrakan, karena memang seharusnya, generasi muda adalah generasi pendobrak. Bapak dari seorang anak itu memaparkan dengan sangat lantang dan brsemangat, khas angkatan bersenjata. Sampai-sampai instruksi moderator yang mengatakan bahwa setiap pembicara hanya punya waktu 15 menit saja, ngaret menjadi 30 menit an.

Sedikit berbeda dengan penyampaian pak Togar Sianipar yang begitu berapi-api, seorang putra samosir ini, tampil dengan sangat sederhana dan bersahaja. Sangat kelihatan kesan rendah hati dan berwibawa dari cara berbicaranya. Dia menuturkan bahwa dia adalah putra dari keluarga miskin, yang sangat ingin maju melalui bangku sekolah, dengan tidak menyusahkan orang tua, karena dia tau orang tuanya tidak punya biaya sebetulnya untuk menyekolahkan dia. Sama dengan pak Togar, seorang Cornel Simbolon, berkeinginan masuk ke sekolah angkatan, melulu karena ingin sekolah gratis dan tidak menyusahkan orangtua masing-masing. Bagaimana mereka tidak mengandalkan deking atau keluarga untuk masuk ke sekolah itu, murni hanya usaha dan kekuatan dari Tuhan saja. Dan kenyataannya, mereka berhasil di karir mereka masing-masing, seperti pak Togar diklaim sebagai orang Batak pertama, yang mendapatkan anugerah bintang tertinggi di kalangan Polri, yaitu bintang tiga. Suatu prestasi yang sangat membanggakan, bukan hanya di kalangan keluarga dan kalangan Sianipar-Purba Raja saja, tapi di kalangan orang Batak juga. Begitu juga dengan seorang Cornel Simbolon, dia malah sempat menjalani sekolah di seminari (sekolah2 untuk calon pastor di Katolik), 4 tahun dia jalani tapi rencana Tuhan tidak membawa dia menjadi seorang pastor, tapi malah dia masuk ke sekolah biasa, yaitu salah satu sekolah yang berkualitas di Pematang Siantar, SMU Budi Mulia. Dengan jatah satu kaleng beras tiap bulan, dia memilih kost,, dengan bayaran setengah kaleng beras. Untuk tetap bertahan sekolah, dia merelakan dirinya menjadi persuruh di sekolah, hasilnya dia bisa menyelesaikan dengan baik. Keinginan kuat untuk menimba ilmu, tapi dengan keadaan yang memprihatinkan, mengantarkan langkahnya masuk ke AKABRI, seangkatan dengan Presiden SBY dan Kapolri Sutanto pada masa itu. Dengan rendah hati, beliau menyampaikan bahwa walaupun tidak selalu menjadi yang terbaik, tapi kala itu dia selalu tampil ke depan untuk menerima piagam atau sertifikat. Sampai sekarang ini, beliau ini tidak bosan belajar, beliau masih mengikuti perkuliahan master yang terselenggara berkat kerjasama antara UGM dan Lemhanas. Dia selalu ingat dengan perumpamaan dari ibunya, ijuk di para-para, hotang di parlabian, na bisuk nampuna hata, na oto tu pargadisan. Kedua jendral besar ini, selalu menerapkan dan menunjukkan sikap anak raja dimanapun berada. Dengan adaptasi yang baik dengan kultur dan budaya sekitar, membuat mereka selalu survive dan diterima dimana saja, bahkan Pak Cornel sendiri telah menerima gelar kebangsawanan dari kerajaan Solo, Jawa Tengah. Benar-benar anak raja.

Aku pribadi, sangat merindukan sosok generasi tua seperti mereka ini, yang moderat, berfikiran terbuka, tidak menyepelekan generasi muda, kemudian mau dikritik. Terkadang, generasi tua terjebak di situasi sibuk menjaga wibawa dan image, yang suka keliru, dimana makin ditakuti makin menyenangkan, padahal kadang-kadang kita malah malas aja berdebat atau bersilang pendapat dengan mereka, karena ujung-ujungnya, kita juga yang disalahkan. Cape….

Sedikit di bawah generasi tua, tampil seorang yang duduk di bangku wakil rakyat sana, ketua Komisi III DPR, Trimedya Panjaitan, SH. Gaya penyampaiannya, berbeda dengan kedua pembicara sebelumnya. Dia tampil apa adanya, pemaparannya lugas, tegas, to the point khas Batak sekali. Dia bercerita bahwa keberuntungan banyak berperan dalam karirnya seperti sekarang ini, dimulai dari angka lahirnya yang unik, 6-6-1966, kemudian, banyak sekali saudar-saudara dari kalangan etnis Tionghoa, yang mengatakan bahwa dari bentuk telinga yang dia miliki, tidak mungkin dia akan menurun, malah akan semakin menanjak. Tapi, tidak melulu keberuntungan yang dia andalkan dalam mencapai karirnya seperti sekarang ini, kecerdasan dan pergaulannya juga sangat berpengaruh. Diawali dengan mahasiswa hokum yang sangat idealis dan berada di front pembenci Soeharto kala itu, bagaimana perjuangan dia sebagai politisi dimulai benar2 dari nol. Dia sempat punya julukan, pengacara sepatu miring, gimana ngga, dalam seminggu, mereka bisa rapat sampai 3 kali, dan kesemua jarak itu, ditempuh dengan jalan kaki, yang membuat plat sepatu menjadi miring. Ada tiga kesamaan latar belakang dari ketiga tokoh ini, yaitu berasal dari keluarga dengan latar belakang memprihatinkan. Tapi, itu tidak membuat mereka minder, malah menjadi bersemangat dan berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Dan hasilnya, bisa dilihat sekarang. Betapa bangga orang tua mereka melihat mereka seperti sekarang ini.

Mungkin benar, degradasi motivasi yang terjadi di kalanganku saat ini, membuat ada kemunduran semangat untuk berkompetisi dan maju. Tetapi tidak semua hal di jaman mereka bisa diterapkan ke keadaan saat ini. Seperti misalnya, kesempatan untuk lapangan kerja yang semakin sempit saat ini, membuat generasi muda juga kesulitan untuk menunjukkan ketangguhan mereka. Tapi apapun itu, banyak hal yang bisa dipetik dari diskusi ini. Termasuk adanya beberapa usulan dari mereka untuk membenahi bona pasogit dan terutama Tao Toba nauli i. Mudah-mudahan ini semua tidak mentah di wacana saja supaya terealisasi menjadi suatu aksi yang membenahi Tao Toba, semoga!

10 Tanggapan to “Toba Dream Coffee Morning-1”

  1. Djandel Marbun Says:

    Sangat bangga mendengar banyak orang batak menjadi pembesar. Tetapi betapa miris hati melihat keadaan Tapanuli khususnya Samosir kampung halaman ‘Tulang’ Cornel Simbolon. Dari Jaman Kol M Simbolon hingga saat ini pembangunan cuma terlihat aspal jalan yang dulu kerikil sebesar buah mangga diganti hotmix lebar muat gerobak sampah. Tidak menyalahkan siapa siapa, alangkah baiknya dimulai dari pemimpin yang berasal dari daerah itu sendiri. Jangan harap SBY atau JK melirik kampung anda. Tolong jangan berbangga hati bahwa orang Batak suka merantau dan selalu survive di negeri orang dan bla bla bla. Pariwisata satu satunya andalan Danau Toba lenyap tanpa jejak.

    Partalitoruan
    Ada baiknya orang2 batak survive terlebih dahulu di perantauan, kemudian dia akan beruat sesuatu untuk bona pasogit. Salah satu hal inilah yang nantinya mudah2an akan terwujud lewat acara ini.Horas

  2. Humbang Hasundutan Says:

    …membenahi bona pasogit dang terutama Tao Toba nauli i.

    Pemkab Samosir sepertinya sudah memberi izin untuk membabat hutan di Tele seluas 2000 ha. untuk dijadikan kebun bunga.

    Yang ini nih, perlu tindakan nyata. Kalau memang proyek itu nyata-nyata akan mempengaruhi secara negatif akan keberadaan Danau Toba yang indah itu, kita harus bisa stop rencana itu.

    Tetapi, kalau toh TPL harus babat juga hutan itu, ba, rohana ma disi. sami mawon. Tarhilala annon hasil penjualan log log dari terbabatnya hutan, dan dari hasil penjualan bunga bunga itu, mengalir sedikit ke pemkab Samosir.

    Partalitoruan
    Informasi baru yang berharga nih.

  3. Saya hadir pada event perdana itu dan sangat terinspirasi dengan kisah hidup dari ketiga pembicara. Pada dasarnya orang-orang Batak itu punya semangat dan nilai hidup (values) yang sangat baik untuk diwariskan ke generasi mendatang. Salut untuk Komunitas Toba Dream yang berani bermimpi untuk menjadikan “Batak Itu Keren!”

    Partalitoruan
    Horas ito
    Mauliate di siala haroro muna di acara na parjolo i. harap roha, marneang ni lakka ito ro tu akka acara tu ari marsogot muse. Horas

  4. terkadang acara seremoni tidak menarik minat kaula muda, apalagi untuk berdiskusi. kaula muda akan tergerak hatinya jika ada gebrakan. tidak bergerak jika hanya diminta untuk mendengarkan. mungkin serupa diskusi itu tadi. makanya kalangan orang tua yang lebih senang dengan diskusi.

    menarik memang jika bisa mendengarkan nasehat-nasehat kedua jenderal Batak itu. tentu akan bisa memotivasi kami-kami, para kaula muda Batak. Tapi jika boleh jujur, masih sangat banyak kaula muda Batak yang belum mengenal kedua Jenderal Batak itu. Kenapa? Entahlah….

    Marsipature Hutana be. almarhum Raja Inal Siregar bisa dikatakan telah berhasil menggugah hati Batak-batak perantau untuk kembali membangun bona pasogit. Begitupun, menurutku, apa cukup hanya sebagai pencetus ide? bukankah lebih baik turun ke sawah membawa cangkul dari hanya sekedar mencetus ide dan berdiskusi?

    komen ini hanya sekapur sirih, mengingatkan sedikit bicara banyak bekerja.

  5. Pangaranto jelok…

  6. Institut Ibrani Indonesia Says:

    Shalom,

    We’d like to invite all of you to join our Web Site of the Hebrew Institute of Indonesia or Institut Ibrani Indonesia

    We serve as a Hebrew information and related such as Hebrew Biblical Studies, Cultural, Spirituality, Language, Politics and some Hebrew Literatures.

    And also, Center for Hebrew and Jewish Cultural Studies (Pusat Kajian Kebudayaan Ibrani dan Yahudi).

    Shalom

    Join our group:

    www(dot)hebrewinstitute(dot)wordpress(dot)com

  7. salut ama orang batak, merantau setelah sukses tak lupa membangun tanah leluhurnya, juga saya suka dengan kulture marganya jadi lebih gampang dalam merunut sisilah,, kami orang sunda harus banyak belajar sama saudara kami dari tanah batak

    Partalitoruan
    Salut juga sama saudara kami Sunda, dimanapun tidak malu berbahasa Sunda.Sampe2 anak muda nya juga membentuk band dengan nama khas sunda dan berbahasa Sunda lagi.

  8. beriman panjaitan Says:

    menurut informasi dari PPATK Pusat Pelaporan antar transaksi keuangan, apa betul pak trimedya panjaitan tersangkut kasus suap/korupsi penerimaan uang dari illegal logger adlin lis?

    dan juga katanya pak trimedya panjaitan sebagai ketua komisi III dpr ri, minta duit kepada ketua kpk antasari azhar untuk jadi ketua kpk.

    horas
    beriman panjaitan

  9. beriman panjaitan Says:

    menurut informasi dari PPATK Pusat Pelaporan antar transaksi keuangan, apa betul pak trimedya panjaitan tersangkut kasus suap/korupsi penerimaan uang dari illegal logger adlin lis?

    dan juga katanya pak trimedya panjaitan sebagai ketua komisi III dpr ri, minta duit kepada ketua kpk antasari azhar untuk jadi ketua kpk.

    horas
    beriman panjaitan

  10. tampubolon Says:

    @ lae panjaitan :

    kalo bener issue tersebut,.seharusnya udah padah heboh…coba klarifikasi data faktual mengenai informasi lae tersebut. jangan sampai info ini bagain dari pembunuhan karakter lae /appara lae.

    mauliate

Tinggalkan Balasan ke Sibarani Batalkan balasan